Pages

20160307

Bahagia | Separuh Dari Mindset

Pagi sedang cerah, indah. Semoga hingga redup sore nanti, nikmat Tuhan ini tetap terjaga. Memacu kita untuk lebih bersemangat. Ah tetapi memang sedikit klise ya ketika kita menyinggung perihal weekend dan setelahnya balik lagi ke Senin. Bukan apa-apa sih, tetapi pasti bakal meng-iya-kan ketika saya bilang : “ If Monday never come ”, haha. Ya, memang kebanyakan orang pasti sedikit malas untuk memulai aktivitasnya dihari Senin. Balik lagi ke masalah-masalah yang agak serius atau bahkan sangat serius nantinya. Pekerjaan yang belum kelar-kelar, tugas-tugas menumpuk dan rutinitas-rutinitas melelahkan yang mulai on lagi. Deadline, deadline dan deadline lagi. Belum lagi, misalkan kita bertemu gebetan yang sudah di-embat sama teman sendiri *dudududu (kalau yang ini bercanda loh). Begitulah adanya, mau tidak mau kita harus tetap beraktivitas terus untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan hidup kita. Begitu terus, berulang-ulang hingga kita tua kelak dan sudah, kembali pada Maha Kuasa. Kok saya merasa kurang nyaman ya, ketika ingin bercerita tetapi terbentur dengan bahasa yang baku. Apa lebih nyaman kalau menggunakan bahasa yang lebih luwes ya ?. Bukan penulis ini iyakan ?. Tetapi memang saya masih mempunyai sisi nasionalisme yang lumayan lah, hehe. Itulah mengapa saya menggunakan Bahasa Indonesia sebisa yang saya ketahui. Meskipun jauh dari EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) layaknya penulis sesungguhnya.


Meraba hal-hal yang membahagiakan itu, saya ingin berbagi cerita semasa sekolah dulu. Jelek-jelek seperti ini saya juga pernah makan bangku sekolah (bukan arti sesungguhnya *damn). Ya waktu itu saya dan beberapa teman yang saya sebutkan diatas tadi, menempati beberapa kamar kos. Kosnya sih tidak terlalu luas, malahan bisa dibilang minimalis. Tetapi sudah ada televishit, kipas angin, magicjar, kompor (alat-alat masak) dan dispenser (barang-barang itu ada secara bertahap). Kamar mandi untuk mandi dan mencuci pakaian, pup kan sudah pasti jadi tidak perlu disebutkan, hehe. Dan tentunya sumber air yang memadai dan mengalir lancar. Kebayangkan ribetnya kalau pagi-pagi harus cek-cok masalah air, karena saluran kran air mati atau tersumbat. Acara mandi jadi berantakan. Padahal beberapa menit kemudian harus masuk sekolah. Pernah juga sih hal seperti ini terjadi.

Dilain hari, ketika salah satu teman saya datang ke kos. Dengan alis kiri sedikit naik pertanda ketidakyakinan, dia menanyakan sebuah pertanyaan kepedulian diselimuti kekonyolan menurut saya, kurang lebih seperti ini;

“ Yakin tempat (kos) ini bisa bikin kamu betah ??? ”, singkatnya.

Saya hanya senyum sambil meneguk softdrink yang baru saja keluar dari salah satu Al*amart didekat kos yang sempat kita beli sebelum balik ke kos. Oh iya sekedar informasi, teman yang satu ini bukan teman satu kos. Ini teman main, teman nongkrong dari luar kos namanya 'A' tanpa pembahasan lebih, kalau saya publis nama aslinya nanti dia baper lagi, (taikk) haha. Merasa pertanyaannya tidak mendapat respon, dia kembali lagi berucap, yang kedua ini kalimatnya agak freak sih menurut saya;

“ Woy, jawab cuk!! ”, lantangnya.

Saya melihat alis kirinya sudah mulai turun menempati posisi semula, setelah itu baru saya jawab seperti biasa,

“ Saya menyukai tempat ini, saya menikmati keadaan disini ! ”, jawab saya mantap. Hampir mirip seperti anak kecil yang menang saat bermain kelereng dengan temannya, perasaan menggebu saya waktu itu.

“ Loh kamu kan belum mengerti keadaan disini, belum tau tempat ini ”, jawabnya penuh keheranan.

“ Lalu apa hubungannya ? ”, saya membalikkan pertanyaan padanya.

Dia pun tidak segera mematahkan pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut saya. Mungkin ini mengisyaratkan saya agar saya memberikan pemahaman luas mengapa saya menjawab seperti itu. Tanpa berniat mendahului argumennya, saya segera menyambungnya dengan beberapa kalimat penuh;

“ Nyaman atau tidaknya hati seseorang pada sesuatu hal. Itu adalah tergantung pada niat kita yang mendasarinya. Kebahagiaan adalah sesuatu hal yang memang kita pikirkan dan putuskan sedari awal. Apakah saya akan betah atau tidak ditempat ini, adalah tidak tergantung dari kondisi tempat ini, suasana tempat ini ataupun seberapa mahal harga sewa perbulannya. Semua itu berawal dari cara kita mengatur mindset kita sendiri. Sejak awal saya memang telah memutuskan untuk menyamankan hati dengan tempat ini. Pemikiran sederhana seperti ini jugalah yang selalu saya pakai setiap pagi dikala membuka mata setelah tidur hanya beberapa jam menjelang fajar. Untuk bersahabat dan mensyukuri apapun nikmat Tuhan yang diberikan kepada saya hari ini ”, panjang saya berucap. Dia pun belum mau mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan konyolnya.

Melihat mulutnya yang masih terkatup rapi. Saya segera menghela nafas sedikit panjang dan kembali menyambung kalimat saya yang tadi;

“ Saya selalu mempunyai sebuah pilihan yang saya ambil dan tidak untuk saya sesali, saya mungkin bisa saja menghabiskan waktu saya dirumah hanya untuk menyesali kesulitan-kesulitan yang terjadi dikehidupan saya karena ada beberapa part dalam kehidupan saya yang tidak seperti anak-anak lain pada umumnya. Atau saya bisa keluar dari comfort zone saya dan berterima kasih atas bagian-bagian kecil kebahagiaan sederhana yang Tuhan titipkan kepada saya, seperti masih bisa ngopi, masih mampu menulis, masih bisa berbagi cerita dengan teman-teman dan hal-hal lain yang sungguh indah ketika semua itu kita nikmati. Setiap sepersekian detik adalah nikmat Tuhan, meskipun saya tidak seberuntung teman-teman saya, tetapi saya memusatkan diri ini pada hari yang baru, dan pada semua kenangan indah nan membahagiakan yang pernah saya lakukan. Menyimpannya dalam benak dan hati saya sebagai tabungan. “ You only live once ”, kalimat yang merangkap judul salah satu lagu The Strokes memang pas untuk menggambarkannya. Kelak ketika umur saya telah senja, saya akan menikmati dari apa yang telah saya tabung selama ini ”, saya menutup rangkaian ungkapan panjang ini dengan tegukan terakhir dikaleng softdrink saya.

Saya mengamati entah berapa batang rokok yang dia bakar selama saya menjelaskan pemikiran sederhana saya padanya tadi, itu mungkin karena dia kesal karena tidak ada teman yang menemaninya menghisap lintingan tembakau itu. Saya memang memutuskan untuk tidak merokok, bukan karena apa-apa kok tetapi karena saya memang tidak kuat untuk membeli sebungkus rokok tersebut, haha☺. Terlihat berserakan, beberapa puntung rokok yang dia bawa tadi telah terbakar menyisakan ujung filternya. Karena memang waktu itu sudah larut dia pun berpamit pulang, tanpa kalimat panjang dia berbisik pelan tetapi saya yakin ini agak menusuk untuk saya;

“ Pikiranmu Asu* e cuk! ”, *(dibaca; gila!), bisiknya picik ditelinga saya. Haha ya memang kami muslim yang tidak taat. Lebih kepada tidak ingin merasa alim atau sok suci☺.

Menurut saya, ciptakan sendiri dan tabunglah sebanyak-banyaknya kebaikan dari kebahagiaan dihidup kita dibank kenangan kita, dan berterimakasihlah kepada orang tua,teman, sahabat, pacar, mantan atau bahkan musuh kita sekalipun dan orang-orang terbaik dihidup kita. Yang mana mereka telah membantu mengisi bank kenangan kita.

Mulailah menerapkan beberapa point sederhana dikehidupan kita, agar hidup ini tidak terasa hampa dan tentunya kalian akan merasakan manfaat lebihnya dikemudian hari. Beberapa diantaranya adalah :

• Bebaskan hati kita dari rasa benci, dendam dan amarah yang meletup-letup, let it flow sajalah,
• Maafkan ketidaknyamanan yang orang lain berikan, maafkan, dan maafkan saja. Meskipun benar adanya jika luka mungkin bisa dimaafkan tetapi tidak untuk dilupakan,
• Lepaskan pikiran kita dari segala kekhawatiran dan persepsi-persepsi negatif yang akan kita hadapi, sapalah kemungkinan-kemungkinan dengan berani,
• Hiduplah secara nyaman, ingat hidup tidak boleh sederhana tetapi gaya hidup yang harus sederhana,
• Perbanyaklah berbagi (share and give more) pada sekitar, tidak melulu harus dengan materi atau uang, bisa dengan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang telah kita capai,
• Jangan terlalu banyak berharap (expect less) apapun dan pada siapapun dimanapun itu.


Mulailah berpikir luas untuk kehidupan ini, banyak ruang luas tentang bahagia. Jangan terpaku pada noktah tertentu. Tetapi tetap berfokus pada kemampuan didalam diri kita yang telah kita miliki, nikmati anugerah Tuhan dan make things happen, see u.

Thanks ☺

*catatan : beberapa percakapan diatas sebenarnya menggunakan Bahasa Jawa yang tidak baik versi saya dan teman saya, tetapi akan lebih nyaman dibaca dan didengar jika saya menuliskan dan menggubah dialog tersebut dengan Bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahami, seperti diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar